Derap
langkah menapak tanah, tanah yang basah dari hujan. Hari ini perasaanku sangat
senang entah apa gerangan?. Buku itu sangat berarti buatku, banyak orang
menangis kala sedih dan menghujat kala sengsara tapi mereka tak tahu hadiah apa
yang aka di berikan segera.
Ahirnya
terungkap mengapa adam rela turun dari surga dan malu menatap dunia. Semuanya
karna dia, dia yang merayunya, membuat
para setan bahagia. Dia yang menghiasi senyumnya kala letih menyapa. Dia dan
dia, Dia yang membuat manusia terbaik di muka bumi tegak metap teriknya amarah
dan beci. Dibalik senyumnya tersimpan mutiara bagi yang tulus mengambilnya,
kadang dia menangis sedih karna bahagia. Entah mengapa tak ada rasa benci di
hatinya, hanya itu dan ku malu
mengatakkannya.
Dia
setiap paginya, dia berdoa kepada zat yang menciptakan tulang rusuk sebagai
tempat tinggalnya agar suatu saat ia bertemu dengan sang Adam walau hanya
menatap dari balik kejauhan tertutup senyuman. Pagi itu dia tersenyum manis
sekali sampai angin malu tuk berhembus rambutnya yang wangi, burung – burung
menyanyikan lagu rindu di depan yang dia rindukan sungguh lucu sekali. Ada
seekor semut menggigitnya sampai gerombolan burung bingung apakah suara mereka
begitu jelek? Ternyata semut merah lah.
Tak
tampak amarah apalagi keluh, yang ada senyuman tipis menahan sakit. Semutpun
menagis karna begitu mulia hatinya. Kakinya begitu sakit, nampak merah dan
pedis. Semut merasa sangat takut tenggelam
dalam tetesan air matanya. Anehnya dia tersenyum riang pada semut tadi dan di
berinya sekerat roti yang manis. Awanpun terharu melihatnya.
Di
sela – sela hujan ada pemuda tampan dan rupawan bertanya. Bolehkah saya singgah
di hatimu?. Dia lari sambil terharu pilu, tapi pemuda itu hanya terdiam dari
kejauhan. Dia menatap dari jauh berharap pemuda itu mengejarnya namun malah
sebaliknya. Ketika sepi menyelimuti, dia begitu kesepian. Seolah – olah berada
dalam perut bumi yang gelap, lembab, sengap dan sendirian sambil mendekap.
Terdengar
suara langkah kaki yang memecah keheningan. Siapa ? Ya siapa ? begitu lembut merasuk
kalbu. Nampak seorang pemuda yang menatap tajam keseluruh tubuhnya seolah olah
ingin menerkam bak serigala lapar. Menetes dari mulutnya entah apa ?. Melihat
saja sudah membuat darah tak henti mengalir ke kepala.
Dia
gemetar ketakutan, menagis minta tolong. Nafasnya seolah olah terengah –
engah seperti ternak yang akan di sembelih. Semakin dekat, dekat dekat
sekali pemuda laknat itu padanya. Terdengar teriakan sedih ke seluluruh
penjuru.
Seseorang
berlari, tapi ?
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nanti di bales kok